| Identitas Buku: | |
| Judul | : Seorang Wanita Yang Ingin Menjadi Pohon Semangka di Kehidupan Berikutnya |
| Penulis | : dr. Andreas Kurniawan, Sp.KJ |
| Penerbit | : Gramedia Pustaka Utama |
| Tahun terbit | : Februari 2025 (cetakan pertama sampai ke empat) |
| April 2025 (cetakan ke lima) | |
| Mei 2025 (cetakan ke enam) | |
| Juli 2025 (cetakan ke tujuh dan ke delapan) | |
| Tempat terbit | : Jakarta |
| Ukuran buku | : 21 cm |
| Jumlah halaman | : xvii + 205 halaman |
| Genre | : Novel |
| ISBN | : 978-602-06-8127-6 |
| 978-602-06-8128-3 (PDF) | |
| Harga | : Rp. 78.000 |
Sinopsis Buku:
Buku ini sebagian besar menceritakan berdasarkan pengalaman penulis sebagai seorang psikiater. Ceritanya berpusat pada perjalanan seorang pasien perempuan yang mengalami permasalahan psikologis dan penyakit autoimun. Dia bernama “Lalin,” berusia 24 tahun yang mengalami keterbatasan fisik karena penyakit yang di deritanya, ia tidak bisa berjalan dengan normal sehingga harus menggunakan kursi roda. Lalin merasa ia selalu menjadi beban bagi orang-orang di sekitarnya.
Dalam suatu sesi konsultasi, penulis yang juga berperan sebagai psikiater menceritakan bagaimana Lalin awalnya menyatakan keinginannya jika ia terlahir kembali suatu hari nanti ingin menjadi bunga matahari saja. Namun dalam konsultasi selanjutnya ia mengubah keinginannya dan mengungkapkan “Aku ingin menjadi pohon semangka di kehidupan berikutnya.” Keinginan menjadi pohon semangka ini menjadi simbol yang menggugah pemikiran: hal apa yang mendorong seseorang memilih wujud yang tampak sederhana namun penuh makna?
Buku ini kemudian mengangkat tema-tema seperti kekecewaan, penyesalan, ketidaksempurnaan hidup, pencarian arti kebahagiaan, serta bagaimana manusia menghadapi ekspektasi, rasa bersalah, perasaan tidak cukup, dan cara menerima diri sendiri. Selain narasi yang penuh refleksi, buku ini juga dilengkapi dengan elemen penting berupa tutorial menanam bunga matahari, yang melambangkan harapan dan proses pemulihan diri.
Baca Juga: Resensi Novel: Mengungkap Luka dan Keadilan dalam Bisikan Daun Jatuh
Kelebihan Buku:
Kelebihannya terletak pada cover buku yang memiliki ilustrasi estetik dan pemilihan warna yang cocok. Judul buku yang unik juga membuat pembaca tertarik dan penasaran dengan isi dan maknanya. Didalamnya juga mengandung istilah asing namun tetap diberi penjelasan sehingga mudah dipahami. Penulis yang berprofesi sebagai seorang psikiater mampu menyampaikan konsep psikologisnya dengan cara yang mudah dipahami, seolah berinteraksi langsung dengan pembaca. Topik yang diangkat pun relevan dengan kehidupan seseorang yang sering overthinking berlebihan. Buku ini dapat memberikan inspirasi, khususnya bagi anak muda yang sedang mencari arti damai dengan diri sendiri.
Kekurangan Buku:
Alur antarbab yang kurang runtut dapat menjadi kekurangan buku ini sehingga beberapa bagian cerita terasa tidak sepenuhnya terhubung. Seringkali ditemukan penggunaan kata asing yang mungkin kurang dipahami bagi pembaca awam, dan adanya penulisan kata yang salah. Selain itu, pembahasan mengenai filosofi pohon semangka juga belum dieksplorasi secara mendalam dan cenderung menjadi daya tarik judul semata. Selain itu, meskipun ditulis dengan bahasa ringan, tema yang diangkat tetap tergolong berat karena membahas kekecewaan, penyesalan, dan depresi. Sehingga membutuhkan kesiapan dan ketenangan pembaca untuk memahami setiap pesan yang disampaikan.
Baca Juga: Resensi Novel Seporsi Mie Ayam Sebelum Mati: Perjalanan Mencari Alasan untuk Bertahan Hidup
Kesimpulan:
Secara keseluruhan, buku “Seorang Wanita yang Ingin Menjadi Pohon Semangka di Kehidupan Berikutnya” menghadirkan kisah menyentuh dan penuh makna tentang proses penerimaan diri serta perubahan hidup. Penulis berhasil membuat pembaca merasa dekat dengan alur, tokoh dan perasaannya. Meskipun terdapat beberapa bagian yang kurang rapi dan kalimat yang sulit dipahami, namun hal tersebut tidak mengurangi kekuatan pesan yang disampaikan.
Buku ini layak dibaca siapapun, terutama bagi mereka yang sedang lelah, kehilangan arah dan ingin belajar memahami diri lebih dalam. Melalui sosok Lalin, penulis menggambarkan bahwa dalam menjalani hidup tidaklah harus sempurna, yang terpenting adalah kemampuan untuk menerima dan berdamai dengan diri sendiri.
Baca Juga: RESENSI BUKU “ALELOPATI”



