PINTER HUKUM
#1 Platform for Legal Education and Consulting • Penyedia Layanan Jasa Hukum Terlengkap dan Terpercaya di Indonesia

RESENSI BUKU “ALELOPATI”

Identitas Buku:

Judul               : Alelopati

Penulis            : Stebby Julionatan

Penerbit           : PT. Elex Media Komputindo

Halaman          : 148

Cetakan           : 1 Agustus 2025

ISBN               : 978-623-00-7165-2

Harga              : Rp 109.000

Sinopsis

Buku ini merupakan sebuah buku yang berisi sekumpulan puisi yang berisikan pembelaan bagi penulis atau siapapun yang tengah berjuang dengan identitasnya dan segala hal yang menjadi pilihan hidupnya, khususnya seperti pilihan untuk menikah atau tidak, selain itu buku ini juga menuliskan seputar puisi religius. Alelopati menawarkan narasi yang tak selalu bisa untuk dijelaskan melalui kata-kata. “Apa yang terjadi ketika manusia menjadi seperti tumbuhan- menyebar pengaruh yang tak kasatmata, kadang menumbuhkan, kadang mematikan”  buku ini menyampaikan puisi dengan mengibaratkan manusia menjadi tumbuhan. Melalui perumpamaan tumbuhan dan ekosistem, buku ini kembali melihat bagiaman pembangunan budaya dan sosial berlangsung, terutama di kota-kota besar seperti Jakarta dan Probolinggo, tempat asal penulis. Dalam proses perkembangan seringkali terdapat pihak yang menghambat perkembangan pihak lain tanpa sadar, sama hal nya dengan pohon kecil yang menghalangi cahaya bagi tumbuhan kecil di sekitarnya. Pesan tersebutlah yang menjadi contoh penggambaran puisi karya Stebby Julionatan.

Baca Juga: Resensi Novel: Mengungkap Luka dan Keadilan dalam Bisikan Daun Jatuh

Namun, meski demikian buku ini tidak hanya berisikan kritik saja. Buku ini juga menyimpan pesan positif bahwa pembangunan yang ideal seharusnya memberikan kesempatan bagi semua untuk tumbuh bersama, bukan hanya untuk mereka yang sudah kuat atau berada di posisi atas.

Kelebihan

Pendekatan buku ini tematis yang segar, yakni buku Alelopati menghadirkan konsep  yang unik dengan meminjam istilah biologi “alelopati” yang berarti kemampuan tumbuhan memengaruhi pertumbuhan tumbuhan lain melalui senyawa kimia. Istilah tersebut dijadikan perumpamaan untuk menggambarkan hubungan sosial, pembangunan, identitas, dan budaya. Dengan adanya istilah-istilah yang terdengar asing bagi pembaca akan menambah kamus kosa kata baru bagi pembaca.

Selain itu dalam buku ini, penulis juga menyoroti kritik sosial dan budaya yang tajam, seperti isu pembangunan yang tidak merata, identitas yang tersisih, serta kurangnya perhatian terhadap ruang kreatif. Adanya kritik semacam ini memang penting, karena jarang ditemukan dalam karya sstra populer dan karya sastra modern, terutama yang menyinggung budaya dan kreativitas lokal.

Gaya penulisan yang puitis dan naratif hybrid, dalam buku Alelopati memadukan unsur puisi dan esai naratif, yang menghasilakan bentuk tulisan yang tidak kaku dan terasa lebih ekpresif. Perpaduan yang terdapat pada gaya penulisan ini akan memberi pengalaman membaca yang lebih mendalam dibandingkan dengan narasi yang lurus dan konvesional.

Banyak pesan moral yang tersampaikan dalam buku ini melalui puisi-puisi yang tertulis. Khususnya bagi pembaca yang merasakan pengalaman pahitnya hidup, dan perihnya luka kehidupan. Hal ini bisa mengubah pemikiran pembaca, bagi mereka yang mungkin telah kehilangan banyak hal.

Ilustrasi gambar yang indah dan cukup menggambarkan isi puisi yang tertulis mampu menambah kesan bagi puisi yang tersampaikan.

Baca Juga: Resensi Novel: Bagaimana Jika Tuhan Bilang Tidak?

Kekurangan

Penggunaan bahasa yang cukup berat serta perumpaan istilah bilogis ini akan sulit dipahami oleh awam yang tidak terbiasa membaca karya sastra, sehingga pembaca perlu berulangkali membaca untuk bisa memahami makna yang disampaikan penulis. Sehingga bisa dikatakan bahwa buku ini akan leboh cocok untuk mereka yang memang terbiasa dengan karya sastra dam memiliki minat mendalam dalam dunia sastra. Begitupun bagi mahasiswa satra, buku ini bisa dijadikan sebuah tantangan untuk di analisis secara mendalam.

Terdapat kekurangan lain dalam buku ini yaitu, terletak pada alur ceritanya yang tidak linier. Adanya prosa dan esai naratif yang lebih ditonjolkan Alelopati tidak menghadirkan cerita yang runtut atau karakter yang berkembang dalam cerita seperti novel pada umumnya. Hal ini juga menjadikan pembaca sulit memahami makna yang tersampaikan dalam buku ini dan merasa kehilangan arah dalam membaca khususnya menangkap makna utama tulisan.

Unsur lokalistas yang kerap disampaikan dengan kuat oleh penulis , menjadi salah satu kekurangan. Penulis yang sering menyororti pembangunan dan realitas sosial di daerah asalnya yaitu Probolinggo sehingga konteks yang diangkat terasa sangat spesisfik. Dalam hal tersebut menjadikan pembaca dari luar daerah ataupun luar negeri mungkin akan kesulitan memahami latar dan isu yang tengah di bahas oleh penulis.

Selain itu buku ini juga menyampaikan tentang nilai religius sang penulis, sehingga akan tidak relevan bagi pembaca yang memiliki latar keagamaan yang berbeda dengan penulis.

Kemudian buku ini tidak cocok untuk semua kalangan umur karena selain bahasa yang berat, pembahasannya yang tersamaikan terasa tidak cocok untuk anak-anak dibawah umur, serta ilustrasi gambar yang terlihat vulgar juga dinilai tidak cocok untuk anak-anak. Selain itu terdapat beberapa bahasa yang vulgar.

Analisis Novel

  • Tema dan Makna

Buku ini mengangkat tema utama relasi antar manusia dan keseimbangan spiritual dalam menghadapi luka. Dalam sekumpulan beberapa puisi ini membicarakan tentang sebuah pertemuan, perpisahan, kehilangan, dan penyesalan. Selain itu buku ini juga berbicara tentang bagaimana cara manusia menghadapi luka, emosi, dan juga tindakan.

Makna lain dari buku ini jika dilihat lebih dalam adalah kesadaran ekologis dalam konteks kemanusiaan, Dimana dalam hal ini hubungan manusia dengan manusia lainnya terlihat mirip dengan hubungan antar unsur alam yang saling bergantung dan berpengaruh. Adanya kesadaran tersebur membuat penulis buku ini mengajak pembaca untuk menumbuhkan cinta, empati, dan welas asih serta bukan menyebar racun melalui dendam ataupun kebencian.

  • Struktur dan Ciri Puisi

Sekumpulan puisi karya Stebby dalam buku “alelopati” ini tidak seperti bentuk puisi pada umumnya. Sekumpulan puisi tersebut lebih condong dalam bentuk prosa liris, yaitu puisi yang ditulis menyerupai paragraf panjang  yang berisi curahan pikiran serta rasa yang sedang dirasakan oleh penulisnya. Gaya penulisan tersebut membuat puisi yang tercipta seperti curahan hati dari sang penulis. Kemudian mayoritas dari puisi tersebut tidak menggunakan rima atau pola sajak yang tetap, meski begitu masih terdapat irama yang halus serta pengulangan kata yang memberikan kesan mendalam.

Penggunaan perumpamaan simbol alam seperti, tumbuhan hujan dan akar kerap digunakan dalam penataan bahasa pada puisi-puisi dalam buku ini, sehingga sejalur dengan judul yang diambil yaitu alelopati adalah hubungan saling memengaruhi antar makhluk hidup. Lewat simbol-simbol tersebut penulis menggambarkan hubungan manusia dengan alam, dan bagaimana keduanya saling memberi pengaruh baik secara fisik maupun batin. Dengan demikian puisi ini terasa hidup dan menyatu antara unsur alam dengan spiritualitas manusia.

  • Gaya Bahasa

Penggunaan gaya bahasa Stebby Julionatan dikenal puitis, filosofis, dan konteplatif, Dimana penulis tidak hanya membuat susunan kata hanya untuk keindahan, melainkan untuk membangun suasana refleksi. Tidak hanya itu, bahasa yang digunakan juga mengandung metafora biologis dan spiritual, contohnya seperti tubuh manusia yang disamakan dengan tanah, lalu perasaan dengan akar, hingga doa yang disamkan dengan fotosintesis. Kemudian gaya bahasa personifikasi dan simbolisme juga digunakan, contohnya menempatkan alam sebagai cermin batin manusia. Gaya penulsan yang mekankonis namun menyembuhkan juga turut digunakan, membuat pembaca merasa tersentuh tanpa harus memahami semua makna secara literal.

  • Nilai dan Pesan Moral

Kesadaran akan tanggung jawab emosional serta spiritual manusia dengan sesamanya merupakan nilai utama yang di tawarka n oleh buku yang berjudul alelopati ini.  Lewat buku ini penulis ingin untuk para pembaca menyadari bahwa setiap kata, tindakan, serta kehadiran memiliki efek pada orang lain seperti hal nya zat kimia tumbuhan yang bisa menghidupkan atau justru mematikan. Tidak hanya itu, buku ini jugan mencakup nilai ketenangan batin, religious, serta pencarian jati diri bahwa luka bukanlah akhir melainkan bagian dari proses pertumbuhan manusia untuk menjadi lebih sadar.

  • Kesimpulan

Buku yang berisikan sekumpulan puisi karya Stebby Julionatan ini merupakan karya sastra kontenporer yang menghubungkan ilmu alam, spiritualitas, dan psikologi manusia dengan bahasa yang puitis dan reflektif. Penulis berhasil mengangkat konsep biologis menjadi renungan filosofis tentang kehidupan dan hubungan antar manusia. Karya ini tidak hanya indah secara bahasa, tetapi juga menyentuh ranah kesadaran, mengingatkan bahwa setiap manusia membawa pengaruh dan tanggung jawab terhadap jiwa lain di sekitarnya.

Baca Juga: Resensi Novel Seporsi Mie Ayam Sebelum Mati: Perjalanan Mencari Alasan untuk Bertahan Hidup

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *