Identitas buku
Judul buku: Berpayung Tuhan
Penulis: Jaquenza Eden
Penerbit: Akad
Tahun terbit: 2025
Cetakan: Pertama
Tebal buku: 252 halaman
Harga: Rp94.500
ISBN: 978-634-7031-05-1
Novel ini menceritakan tokoh utama bernama Khalil Syailendra, seorang penullis dan penyair. Usianya baru menginjak 26 tahun, namun lebih memilih mengakhiri hidup karena merasa tidak mempunyai pencapaian dan menjadi beban kedua orang tua. Setelah kematian Khalil dihadapkan ruang serba putih tanpa batas dan diikuti suara tanpa wujud. Suara itu mengajak Khalil melihat perjalanan hidupnya sedari lahir sampai akhirnya peristiwa itu datang.
Baca Juga: Resensi Buku: Bagaimana Rutinitas dan Kebiasaan Dapat Mempengaruhi Kehidupan
Suara tersebut membawa Khalil ke depan layar besar dan ditampilkanlah semua peristiwa dalam hidupnya. Berbagai tayangan dari yang melekat sampai ke momen yang sudah terlupakan. Cuplikan layar menampilkan momen-momen sedari kecil, remaja, sampai dewasa. Kisah-kisah manis yang telah terjadi seakan berubah menjadi hunusan pedang yang siap menikam. Sebab, ada penyesalan yang mendalam tiap kali melihat kebahagiaan yang dahulu pernah dirasakan. Ternyata perjalanan hidup bersama orang tersayang (kedua orang tua) adalah hal yang tak ternilai harganya. Khalil merasa sangat menyesal setiap kali layar besar menampilkan kisah hidupnya. Padahal semasa di dunia hidupnya sebenarnya baik-baik saja, sampai akhirnya semua rasa kesal dan bersalah menguasai dirinya. Semuanya hilang hanya karena kepala yang berisik dan berbagai kata “kalau” yang selalu menghantui pikirannya. Khalil tambah terpuruk saat mengetahui orang tuanya harus menanggung kesedihan dan rasa bersalah. Padahal itu semua murni karena tindakan dirinya sendiri bukan karena kesalahan kedua orang tua. Khalil pikir setelah hidupnya berakhir semua masalah akan ikut sirna, tapi ternyata salah.
Kisah itu belum selesai sampai akhirnya, suara misterius menampilkan kebahagiaan yang Khalil dapatkan jika tidak merenggut nyawa. Apa yang akan terjadi selanjutnya pada Khalil? Menderita selamanya ditemani penyesalan atau ada hal lain yang mampu memperbaiki semuanya? Novel Berpayung Tuhan memberikan rasa penassaran kepada pembaca apalagi setelah bagian klimaks disuguhkan. Berbagai pesan dan hal-hal yang disampaikan dalam novel Berpayung Tuhan juga tak luput dari kesalahan. Pada halaman 228 paragraf terakhir disebutkan bahwa “Ingatamu tentang masa depan dan yang kamu alami di sini akan hilang sepenuhnya, tapi rasa sesal dan sakit yang kamu rasakan di sini akan mengikutimu hingga mati. Di kesalahan dan kelancanganmu yang satu ini, ada doa Ibumu yang menyelamtakan kamu, Khalil.”
Baca Juga: Resensi Buku: Teori Res Ipsa Loquitur Dalam Pembuktian Bidang Perdata
Namun, pada halaman 249 paragraf terakhir disebutkan “Aku tidak menyesal karena pernah bertemu dengan si pemilik suara asing yang berada di ruang serba putih. Kalau aku tidak bertemu dengannya, kalau aku tidak dihadapkan dengan televisi besar yang mempertontonkan kilas balik kehidupanku dari lahir hingga mati atas piihanku sendiri, mungkin aku tidak menghargai hidupku dan tidak akan hiduup sebaik sekarang.” Kedua paragraf tersebut akan membuat bingung pembaca untuk memahami jalannya cerita, karena informasi yang diberikan saling bertolak belakang. Walaupun terdapat kesalahan, novel Berpayung Tuhan memberikan banyak sekali hal positif yang dapat dipetik. Gaya bahasa yang ringan serta alur yang santai dapat dinikmati setiap bagian ceritanya. Tak hanya itu, novel ini juga memberikan ilustrasi berupa gambar, sehingga bayangan pembaca terhadap cerita dapat lebih terarah dan terpenuhi.
Berdasarkan informasi yang diperoleh, novel Berpayung Tuhan merupakan bacaan yang dapat dinikmati oleh semua kalangan. Tema yang diambil juga berkaitan dengan kehidupan saat ini, sehingga pembaca dapat merasakan suasana, dan adegan yang disuguhkan dalam cerita. Tak sampai disitu, banyak amanat yang dapat diambil dan diterpakan di kehidupan pembaca.
Baca Juga: Resensi Buku: Cyber Law Aspek Data Privasi Menurut Hukum Internasional, Regional, dan Nasional







