PINTER HUKUM
#1 Platform for Legal Education and Consulting • Penyedia Layanan Jasa Hukum Terlengkap dan Terpercaya di Indonesia

Resensi Novel: Bagaimana Jika Tuhan Bilang Tidak?

resensi novel
Identitas Buku:

 Judul

Penulis

Penerbit

Kota terbit

Cetakan Pertama

ISBN

Tebal halaman

Ukuran

Harga

 

 : bagaimana jika Tuhan bilang Tidak?

: Tinandrose

: Teman Duduk

: Bandung

: Agustus 2025

: 978-634-04-2343-3

: 192 halaman

: 13 x 19 cm

: Rp 85.000,-

Sinopsis Buku :

Buku ini menceritakan tentang Nirmana, seorang perempuan muda yang hidup dalam bayang-bayang trauma masa kecil dan keluarga yang penuh kekerasan. Ia mempunyai seorang adik bernama Nurmala yang tunawicara, tetapi bisa mendengar. Sejak kecil, Nirmana sering menjadi sasaran amarah ayahnya, hingga tumbuh dengan luka batin yang dalam. Dalam keputusasaan, Nirmana merasa bahwa semua doa yang ia panjatkan kepada Tuhan selalu dijawab dengan kata “tidak”.

Cerita dimulai ketika Nirmana gagal melakukan percobaan bunuh diri namun gagal karena ketahuan oleh ibunya dan dirawat di rumah sakit. Di tempat itulah ia mulai merefleksikan hidupnya melalui serangkaian bab berjudul “INCOMING CALL,” seperti sedang menjawab panggilan dari masa lalu dan suara hatinya sendiri. Ia bertemu beberapa pasien lain, salah satunya ialah Kamal, yang perlahan mengajarkan bahwa penderitaan tidak hanya miliknya seorang. Melalui perjalanan batin yang penuh air mata, Nirmana akhirnya menyadari bahwa “tidak” dari Tuhan bukan berarti Ia menolak, melainkan sedang menunjukkan cara lain untuk menyelamatkannya. Novel ini menjadi kisah penyembuhan diri dan perjalanan menemukan makna hidup setelah hancur.

Baca Juga:  Resensi Novel Seporsi Mie Ayam Sebelum Mati: Perjalanan Mencari Alasan untuk Bertahan Hidup

Isi Resensi :

Novel ini menyampaikan cerita yang sangat emosional dan introspektif. Penulis menggambarkan depresi dan trauma dengan bahasa yang lembut namun tajam, membawa pembaca masuk ke dalam pikiran tokoh utama. Struktur ceritanya unik karena setiap bab diberi judul “INCOMING CALL”, seperti potongan percakapan antara Nirmana dengan dirinya sendiri atau Tuhan. Konflik utama terletak pada pergulatan batin Nirmana antara rasa kecewa kepada Tuhan, kebencian terhadap ayahnya, dan keinginan untuk sembuh. Melalui proses penyembuhan di rumah sakit, ia belajar menerima masa lalu dan menemukan arti dari setiap “tidak” yang ia terima selama ini.

Novel ini mengangkat tema perjuangan batin manusia menghadapi trauma, depresi, dan pencarian makna hidup. Tokoh utama, Nirmana, digambarkan rapuh namun memiliki kekuatan batin yang besar untuk bertahan di tengah luka masa kecil akibat kekerasan ayahnya. Selain itu, tema tambahan seperti kekerasan keluarga, trauma masa kecil, dan spiritualitas personal bersatu dalam alur reflektif yang menekankan bahwa penderitaan bukanlah hukuman, melainkan sarana untuk memahami diri lebih dalam.

Alur cerita bersifat campuran (maju-mundur), yang dimulai dari kondisi Nirmana di rumah sakit setelah percobaan bunuh diri, kemudian kembali ke masa lalu yang penuh luka. Pola ini efektif menampilkan proses penyembuhan tokoh utama sekaligus membangun suasana emosional yang kuat. Konflik utama muncul dari pertanyaan makna hidup Nirmana terhadap Tuhan mengapa doanya selalu dijawab “tidak” dan mencapai klimaks saat ia menghadapi ayahnya serta disebut “anak durhaka,” yang menjadi titik balik emosional menuju penerimaan diri. Novel menggunakan sudut pandang orang pertama, sehingga pembaca bisa menyelami pikiran dan perasaan Nirmana secara mendalam.

Kelebihan Buku :

Novel ini memiliki sejumlah kelebihan yang membuatnya istimewa dan berbeda dari kebanyakan novel bertema psikologis lainnya. Konsep “INCOMING CALL” yang digunakan dalam setiap bab menjadi struktur yang unik, memberikan kesan seolah pembaca sedang mendengarkan percakapan batin tokoh utama, Nirmana. Bahasa yang digunakan puitis, dan penuh makna. Selain itu, novel ini menyampaikan pesan moral yang kuat tentang penerimaan diri, pengampunan terhadap masa lalu, serta pemahaman bahwa kehendak Tuhan selalu memiliki alasan terbaik. Melalui kisahnya, pembaca juga diajak untuk lebih peka terhadap penderitaan orang lain dan menyadari pentingnya menjaga kesehatan mental sebagai bagian dari proses penyembuhan batin.

Baca Juga: Resensi Buku: Tantangan Penerapan Hukum Islam & HAM Minoritas di Indonesia

Kekurangan Buku :

Terdapat beberapa kekurangan diantaranya minimnya dialog antar tokoh membuat alur terasa monoton di beberapa bagian, terutama bagi pembaca yang menyukai interaksi atau percakapan yang dinamis. Kemudian terdapat beberapa kesalahan kecil seperti penulisan kata yang kurang huruf, typo, dan ejaan yang kurang konsisten, sehingga sedikit mengganggu kenyamanan membaca. Selain itu, pengulangan pikiran dan perasaan Nirmana cukup sering muncul, meskipun hal ini secara artistik bisa dimaklumi karena menggambarkan kondisi mental tokoh yang terjebak dalam trauma dan depresi.

Kesimpulan

Novel ini menyajikan kisah yang menyentuh dan penuh makna tentang perjuangan seorang perempuan bernama Nirmana dalam menghadapi trauma, luka batin, dan kehilangan harapan. Melalui narasi yang reflektif dan emosional, pembaca dapat memahami bahwa tidak semua doa harus dijawab dengan “ya,” karena terkadang penolakan dari Tuhan adalah bentuk perlindungan dan kasih-Nya. Ceritanya mengajarkan pentingnya berdamai dengan masa lalu dan menemukan makna baru dalam setiap penderitaan yang dialami.

Dengan gaya bahasa yang lembut dan puitis, karya ini sangat layak dibaca oleh siapa pun, terutama bagi mereka yang sedang mencari makna hidup, mencoba bangkit dari luka, atau belajar menerima takdir dengan hati yang tenang. Bagaimana Jika Tuhan Bilang Tidak? bukan hanya sebuah kisah, tetapi perjalanan spiritual yang menyadarkan pembaca bahwa di balik kata “tidak,” selalu ada rencana terbaik dari Tuhan.

Baca Juga: Resensi Novel: Makna Hidup di Balik Novel Berpayung Tuhan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *