Pengantar Muamalah (Hukum Ekonomi Syariah)

Mukaddimah

Manusia merupakan makhluk sosial yang tentu kita tidak dapat hidup kecuali dengan bantuan orang lain. Interaksi antar manusia setiap saatnya menjadikannya timbul ketergantungan antar sesama manusia, yang menimbulkan ikatan erat antar sesama manusia yang kemudian menumbuhkan kecintaan dan kesejahteraan di linkungan masyarakat. Oleh karnanya, setiap tindakan sekecil apapun tidak akan luput dari partisipasi orang lain.

Dalam aspek sosial islam sangatlah konpherensif dan kolektif membahas hal ini, seperti islam membahas bagaimana cara kita menghargai orang yang lebih tua dan menyayangi yang lebih muda, membahas bagaimana cara kita bertutur kata yang sopan, membahas bagaimana cara kita berprilaku dimasyarakat dan membahas bagaimana cara kita bermuamalah.

Baca juga: PENGERTIAN DAN SIFAT GADAI (RAHN)

Islam merupakan agama yang sangat memperdulikan kemasyarakatan dan bukan hanya agama yang menyibukkan diri dengan ketuhanan belaka. Aspek sosial bahkan menjadi fokus yang sangat serius bahkan kecintaan seseorang terhadap tuhannya dapat diukur dengan sejauh mana seseorang mampu bermasyarakat.

Dalam konteks ini kemudian manusia tidak luput dari aktivitas muamalah yang didalam islam telah dibahas pula. Banyak macam muamalah dalam islam seperti jual beli, sewa menyewa, musyarokah, gadai dan lain-lain.

Pada konteks saat ini kita akan focus pada muamalah tentang gadai, praktek gadai dimasyarakat Indonesia sangatlah kental karna dirasa sangat membantu masyarakat untuk memenuhi kebutuhan ekonominya.

Oleh karnanya pada kesempatan kini pembahasan gadai dirasa perlu. Berdasarkan prakteknya ada beberapa prilaku yang nyatanya kurang sesuai dengan yang seharusnya sehingga pada asas keseimbangan kurang dipenuhi yang kemudia merubah mindset bahwa gadai adalah solusi dirasa kurang tepat karna terdapat beberapa efek yang tidak seharusnya.

Praktek gadai dimasyarakat mengalami beberapa penggeseran dari yang seharusnya yang dimaksud secera spesifik ialah pada teorinya barang gadai tidak boleh dipergunakan oleh murtahin namun pada prakteknya banyak barang gadai yang dipergunakan oleh murtahin atau bahkan mendatangkan pihak ketiga untuk menggunakan barang gadai.

Prinsip Muamalah

Kehidupan manusia yang tiap saatnya saling membutuhkan antar sesama hendaklah berdasarkan ketentuan-ketentuan yang berlaku agar interaksi antar sesama manusia dapat bernilai positif tanpa ada yang dirugikan.

Dalam hal di atas Islam mengatur ketentuan tentang bagaimana kita bermuamalah atau yang sering disebut prinsip-prinsip muamalah yang dengan harapan bilamana prinsip ini dipegang dalam praktek maumalah maka kesenjangan atau ketidakadilan dalam bermuamalah akan tiada.

Baca juga: Pengertian Muamalah Beserta Jenis dan Tujuannya yang Perlu Diketahui

Tolong menolong merupakan perbuatan yang baik kita sebagai hamba allah hendaklah saling tolong agar saling mencapai keinginannya masing –masing seperti dalam bermuamalah. Perintah tolong menolong tercantum dalam surat al-maidah ayat 2 yang ayatnya:

ۘ وَتَعَاوَنُوا عَلَى الْبِرِّ وَالتَّقْوَىٰ ۖ وَلَا تَعَاوَنُوا عَلَى الْإِثْمِ وَالْعُدْوَانِ ۚ وَاتَّقُوا اللَّهَ ۖ إِنَّ اللَّهَ شَدِيدُ الْعِقَابِ

“Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya”.

Secara sederhana, al-birru (الْبِرِّ ) artinya kebaikan. Merupakan kebaikan yang kolektif dalanm berbagai macam bentuknya dan ragamnya yang telah dipaparkan oleh syariat termasuk didalamnya kebaikan dalam bermuamalah seperti rahn (gadai). 

Imam Ibnul Qayyim mendefinisikan bahwa al-birru adalah kata yang dapat mewakili berbagai macam kebaikan dan kesempurnaan dalam berbuat kabaikan.

Sedangkan Syaikh as-Sa’di mengatakan bahwa al-birru adalah sebuah kata yang dapat menjadi symbol terhadap yang Allah SWT cintai dan ridhai, berupa perbuatan-perbuatan yang zhâhir maupun batin, yang berhubungan dengan hak Allah SWT atau hak sesama manusia.

Al-Mâwardi berkata: Allah SWT menghimbau agar dan untuk tolong-menolong dalam kebaikan dengan dibarengi bersamaan dengan ketakwaan kepada-Nya.

Sebab dalam ketakwaan, terkandung ridha Allah Azza wa Jalla. Sementara saat berbuat baik, orang-orang akan menyukai (meridhai). Barang siapa memadukan antara ridha Allah Azza wa Jalla dan ridha manusia, sungguh kebahagiaannya telah sempurna dan kenikmatan baginya sudah melimpah.

Oleh karnanya hendaklah kita sebagai manusia untuk saling tolong menolong dalam memenuhi hajat saudaranya baik dengan memberikannya utang atau dengan bersedekah.

Dalam muamalah hendaklah pula didasari atas taqwa kepada Allah swt agar ikatan muamalah yang diajalani berkah serta dengan atas dasar ridho.

Maka para fuqoha muslim pada akhirnya mengklasifikasian beberapa prinsip dalam bermuamalah agar praktek mauamlah yang mareka jalani berdasarkan asas tolong menolong dan taqwa kepada Allah swt, prinsip ini juga menuntun kita atau merupakan garis haluan bilamana kita hendak melakuakan transaksi muamlah terutama dalam hal ini muamalah gadai (rahn).

Pada prinsip ini pula para ulama tidak hanya memang dalam segi untuk kepentingan manusia semata (habluminannas) yang berkiblat pada kemanusiaan saja akan tetap juga melihat dalam sesi ketuhanan (habluminallah) agar prakteknya tidak hanya mengantarkan pada  keselamatan didunia tetapi juga keselamatan diakhirat.

Berikut pinsip-prinsip muamalah dalam islam;

1. Pada dasarnya segala bentuk muamalat adalah mubah, kecuali yang ditentukan oleh Al-Qur’an dan Sunah Rasul.

2. Muamalat dilakukan atas dasar sukarela tanpa mengandung unsur paksaan.

3. Muamalat dilakukan atas dasar pertimbangan mendatangkan manfaat dan menghindari madarat dalam hidup bermasyarakat.

4. Muamalat dilaksanakan dengan memelihara nilai keadilan, menghindari unsur-unsur pengambilan keputusan dalam kesempitan.