Identitas Buku
Judul: Mentjapai Indonesia Merdeka
Penulis: Ir. Soekarno
Grafis: Beng Beng Sulistiyono
Tahun Terbit: 1933
Jumlah Halaman: 83
E-book: Koleksi Buku Rowland
Pendahuluan
Karya ini ditulis oleh Sukarno pada 30 Maret 1933 di Pangalengan, sebuah kota kecil pegunungan di sebelah selatan kota Bandung.
Sekembali dari Tournee ke Jawa Tengah, Sukarno membangkitkan rakyat sejumlah 89.000 orang. Risalah ini ditujukan kepada orang yang baru menjajakan kaki di gelanggang perjuangan. Agar tidak terlalu tebal dan mahal, hanya garis-garis besarnya saja yang dikemukakan.
Di luar pengantar yang tanpa sub-judul, risalah ini terdiri dari 10 sub-judul, antara lain:
(1) Sebab-sebabnya Indonesia Tidak Merdeka;
(2) Dari Imperialisme-Tua ke Imperialisme-Modern;
(3) Indonesia, Tanah Yang Mulya;
(4) Di Timur Matahari Mulai Bercahaya, Bangun dan Berdiri, Kawan Semua;
(5) Gunanya Ada Partai;
(6) Indonesia Merdeka Suatu Jembatan;
(7) Sana Mau ke Sana, Sini Mau ke Sini;
(8) Machtsvorming, Radikalisme, Massa-Aksi;
(9) Diseberangnya Jembatan Emas; dan
(10) Mencapai Indonesia-Merdeka!.
Baca juga: Resensi Buku: Teori Hukum Konvergensi
Isi Resensi
Asal muasal kesialan nasib negeri Indonesia, yang menjadi pokok sebabnya tidak merdeka. Penulis menguraikan dari masa kerajaan-kerajaan nusantara, hingga di mana terdapat suatu fase masyarakat sakit yang kedatangan utusan-utusan masyarakat yang gagah perkasa.
Utusan-utusan yang membawa keuletan, alat-alat dan ilmu kepandaiannya masyarakat yang gagah perkasa. Sementara masyarakat yang sakit tidaklah lagi mendapat kesempatan menjadi sembuh, malah makin menjadi sakit, makin habis semua tenaga dan energinya.
Imperialisme yang tatkala baru datang mulanya masih kecil, makin lama menjadi hebat dan besar. Imperialisme raksasa inilah menurut Soekarno harus kita lawan dengan keberaniannya kesatria yang melindungi haknya.
Penulis memberitahukan pembaca bagaimana mekarnya corak imperialisme. Perkembangan dari imperialisme kecil menjadi imperialisme raksasa, dari imperialisme zaman dahulu menjadi imperialisme modern.
Bagaimana imperialisme tua berganti bulu, yakni bukan saja berganti besarnya, tetapi juga berganti wujud, sifat, caranya, sepak terjangnya, wataknya, sistemnya dan segala-galanya. Hanya satu yang tidak berganti, yakni kehausannya mencari rezeki.
Obat tidur imperialisme berabad-abad membuat semangat perlawanan tertidur, kini mulai sadar timbul bersemi dan bangkit.
Baca juga: Resensi Buku: Kapita Selekta Perlindungan Hukum Bagi Anak
Pergerakan radikal rakyat jelata yang sadar akan jalan dan maksud-maksudnya. Seruan bermassa-aksi apabila ingin mendatangkan perubahan yang begitu maha besar di dalam masyarakat sebagai gugurnya sistem imperialisme dan kapitalisme.
Partailah yang memegang obor, partailah yang berjalan di muka, partailah yang menyuluhi jalan yang gelap dan penuh dengan ranjau-ranjau menjadi jalan terang.
Partailah yang memimpin massa di dalam perjuangannya merebahkan musuh, partailah yang memegang komando barisan massa.
Demokrasi sejati yang dicita-citakan, Ir. Soekarno menyebutnya dengan nama baru sosio-demokrasi dari nasionalisme yang di dalam batinya mengandung kerakyatan.
Kelebihan
Corak keaslian gaya bahasa yang digunakan membuat buku ini cukup unik dan menarik. Buku ini tidak terlalu tebal, namun berhasil mengemukakan garis-garis besarnya.
Kekurangan
Terdapat beberapa kata yang sukar dimengerti dalam memahami maksudnya, sehingga perlu adanya tambahan catatan penerjemah yang menjembatani bahasa asli dahulu dengan bahasa baku Indonesia saat ini.
Baca juga: Resensi Buku: Pengesahan Perjanjian Internasional
Penutup
Imperialisme yang tatkala baru datang mulanya masih kecil, makin lama menjadi hebat dan besar. Pola mekarnya corak imperialisme kecil menjadi imperialisme raksasa, dari imperialisme zaman dahulu menjadi imperialisme modern.
Obat tidur imperialisme berabad-abad membuat semangat perlawanan yang sempat tertidur, kini mulai sadar timbul bersemi dan bangkit. Partailah yang memegang komando barisan massa di dalam perjuangannya merebahkan musuh. Sosio-demokrasi, sejatinya yang dicita-citakan Ir. Soekarno berkorelasi dengan nasionalisme kerakyatan.