Identitas Buku
Judul: Politik Berparas Perempuan (judul asli: Feminizing Politics)
Penulis: Joni Lovenduski
Penerjemah: Hardono Hadi
Penerbit: Kanisius Yogyakarta
Tahun Terbit: 2008 (cetakan pertama)
Jumlah Halaman: 340 Halaman
ISBN: 978-979-21-2016-5
Pendahuluan
Buku berjudul Politik Berparas Perempuan (Feminizing Politics) karangan Joni Lovenduski yang merupakan Anniversary Professor di bidang politik di Birkberk College, London. Buku ini bertujuan untuk mengangkat serta mendukung keikutsertaan perempuan dalam dunia politik.
Buku ini juga menarik perhatian para ilmuwan politik mengenai pentingnya isu gender dalam politik. Menyadarkan masyarakat luas bahwa persoalan gender yang tiada hentinya sangat erat berkaitan dengan dunia perpolitikan.
Terlebih, terdapat penelitian yang berpendapat bahwa hadirnya wajah perempuan dalam dunia politik akan merubah paras politik itu sendiri. Oleh karena itu, buku karya Joni Lovenduski menjunjung feminisasi politik.
Isi Resensi
Secara umum, buku ini membahas perjuangan Joni Lovenduski dalam menghadirkan turut serta perempuan dalam berpolitik khususnya dalam sebuah negara sehingga ia memiliki hak yang sama dengan laki-laki dalam menyuarakan pendapatnya.
Pasalnya, kuota perempuan di kursi parlementer masih tergolong sedikit. Keterwakilan perempuan di dunia politik masih dibatasi oleh dengan aturan-aturan main yang dibuat oleh laki-laki.
Hal tersebut menyebabkan kebimbangan di dunia politik, di satu sisi keterwakilan perempuan diberikan kesempatan namun di sisi lain kesempatan tersebut juga dibatasi.
Baca juga: “The Idea of Indonesia: A History” Oleh Robert Elson
Lovenduski melihat bahwa perempuan dihadapkan dengan rintangan yang serius untuk menjadi pelaku politik. Pertama, sumber daya perempuan yang diperlukan untuk memasuki wilayah politik lebih lemah. Perempuan lebih miskin dari pada laki-laki dan cenderung tidak ditempatkan pada jabatan-jabatan yang mendukung kegiatan politik.
Kedua, bermacam-macam kekangan gaya hidup yang menyebabkan perempuan mempunyai sedikit waktu untuk politik. keluarga dan kewajiban-kewajiban lain yang menuntut kewajiban penuh secara khas dijalankan oleh perempuan telah mengurangi waktu mereka untuk melakukan kegiatan lain.
Ketiga, tugas politik dikategorikan sebagai tugas laki-laki yang menghalangi kaum perempuan mengejar karir politik dan menghalangi kesempatan politik bagi mereka yang ingin tampil ke depan.
Baca juga: Hukum Berkendara Tanpa SIM (Surat Izin Mengemudi)
Tantangan dan kendala yang dihadapi dalam feminisasi politik dijelaskan Joni Lovenduski pada bab ke-3 buku ini. Contoh kasus pergerakan perempuan dalam berpolitik di Inggris, Lovenduski meletakkan faktor-faktor institusional dan faktor-faktor sosial sebagai kendala feminisasi politik.
Kendala institusional berupa seksisme institusional dan aturan-aturan hukum yang tidak berpihak pada perempuan, seperti halnya di beberapa negara Timur Tengah yang melarang seorang perempuan untuk menjadi wakil rakyat.
Sedangkan rintangan sosial berupa sumber daya yang rendah dimana kebanyakan perempuan adalah kelompok yang miskin dari segi ekonomi sehingga tidak mampu membiayai kegiatan politiknya.
Eksistensi keterwakilan perempuan di dunia politik setidaknya didukung oleh tiga pilar argumentasi. Pertama, keadilan sebagai bagian dari berjalannya suatu hukum dan sistem demokrasi sehingga hadirnya suara perempuan dalam parlemen adalah suatu keadilan.
Kedua, sisi pragmatis dimana keterwakilan perempuan sebagai salah satu alasan partai politik untuk mencapai kepentingan-kepentingan politiknya. Pemilih perempuan akan cenderung memilih calon perempuan juga sehingga hal ini dapat meningkatkan jumlah suara partai dalam bersaing dengan lawan politiknya.
Ketiga, perbedaan, dengan adanya keterlibatan perempuan dalam dunia politik diharapkan akan membawa arah politik yang berbeda.
Kelebihan
Buku ini sangat layak untuk dibaca guna membuka pandangan mengenai peran perempuan di dunia politik. Selain itu, buku ini juga didukung dengan adanya perbandingan-perbandingan di berbagai belahan dunia mengenai keterlibatan suara perempuan dalam berpolitik. Meskipun halaman dari buku ini terbilang cukup banyak, buku ini tidak membosankan.
Kekurangan
Berhubung buku Politik Berparas Perempuan (Feminizing Politics) merupakan buku terjemahan, maka tentu saja Bahasa yang digunakan tidak seringan buku bacaan lain. Buku ini cukup berat dibaca bagi pemula, namun buku ini sangatlah menarik.
Baca juga: Pencegahan Perundungan Dunia Maya (Cyberbullying) Pada Anak
Penutup
Secara keseluruhan buku ini bagus dan layak untuk dibaca, tentunya membawa banyak manfaat dan membuka cakrawala pembaca. Diharapkan semakin banyak yang membaca buku Politik Berparas Perempuan (Feminizing Politics) maka semakin mudah pula suara perempuan dalam berpolitik di dengar.