PINTER HUKUM
#1 Platform for Legal Education and Consulting • Penyedia Layanan Jasa Hukum Terlengkap dan Terpercaya di Indonesia
Opini  

Bekerja atau Mengasuh Anak?

Avatar of Pinter Hukum
hukum
Bekerja atau mengasuh anak

Pengantar

Semalam saya menangani konsultasi, tentang perempuan yg diselingkuhi suaminya, tidak hanya sekali, tapi dua kali, bahkan yang kedua kali ini setelah istri pulang ke rumah orang tuanya karena perselingkuhan pertama, lalu suami berjanji akan berubah, lalu dijemputlah istrinya.

Akhirnya, Suami selingkuh lagi. Ironisnya, awalnya istri bekerja, lalu diminta resign agar fokus mengurus anak, tapi apa yg terjadi, si istri diselingkuhi dan ingin bercerai.

Saya tidak akan bahas panjang lebar perselingkuhannya, tapi tentang keputusan istri berhenti bekerja agar fokus mengurus anak. Barangkali kasus ini banyak terjadi di beberpa rumah tangga.

Baca Juga: Keutamaan Bekerja Sebelum Menikah Menurut Islam

Bekerja atau Mengurus Anak?

Apa harus berhenti bekerja untuk mengurus anak? Jawaban paling penting adalah harus “dimusyawarahkan”. Keadaan masing-masing keluarga berbeda.

Akan tetapi selama pekerjaannya halal, apalagi berdampak manfaat bagi orang lain, dan urusan anak bisa diatasi dengan berbagai cara, maka pilihan bekerja bukanlah hal dosa, dan tidak menjadikan seorang perempuan menjadi ibu yang tidak baik.

Semua pilihan di atas punya konsekuensi positif dan negatif, dan semua pilihan di atas bisa menjadi baik jika niatnya baik, dan demi kepentingan keluarga, bukan karena ego pribadi.

Pada intinya, musyawarah dan saling berbuat baik antar suami istri itu menjadi sangat penting. Musyawarah dan saling berbuat baik adalah perintah al-Qur’an kepada suami istri, jika perintah ini ditinggalkan, tentu berdosa kan?.

Baca Juga: Hak dan Kewajiban Suami Istri Dalam Kehidupan Rumah Tangga

Istri juga tidak asal ngotot tetap bekerja jika dianggap hal itu membawa mudarat, bahaya, dan akan merusak kepentingan keluarga.

Diskusikan matang-matang sebelum suami memerintah resign dan sebelum istri resign dari pekerjaannya. Ada banyak kasus di mana ketika suami mendapatkan kesulitan ekonomi karena bebearpa sebab, misalnya ketika sakit, di putus hubungan kerja (PHK), dagangan tidak laku, ekonomi lesu, atau bahkan ketika istri dicerai, dan lain sebagainya.

Maka ketika istri tidak punya persiapan dalam persoalan mencari uang untuk kebutuhan keluarga, ketika itulah keluarga bisa hancur berantakan. Tentu hal ini tidak diharapkan, tapi sebagai persiapan, harus dipikirkan.

Menurut saya, tujuan mengurus anak adalah agar anak mendapatkan hak-haknya secara baik, hak lahir dan batin, hak nafkah dan kasih sayang.

Tujuan ini bisa dicapai dengan berbagai cara, bisa dengan ibu tidak bekerja di luar rumah dan fokus di rumah mengurus anak, bisa dengan cara ibu bekerja di rumah sehingga tetap bisa mengurus anak, bisa juga dengan tetap bekerja di luar rumah (karena tuntutan) dengan tetap tidak meninggalkan kewajibannya sebagai seorang ibu, misalnya dengan meminta bantuan orang yang dipercaya untuk membantu mengurus, baik saudara dekat, atau baby sister yang dipercaya selama bekerja, dan mengurusnya kembali sepulang kerja.

Suami jangan asal memerintah istri resign dari pekerjaannya, apalagi pekerjaannya sangat membantu ekonomi keluarga, misal untuk masa depan anak, pendidikan anak yg berkualitas, daftar Haji Umroh, dan kebutuhan lainnya yang bisa jadi belum bisa dihandle suami, apalagi jika pekerjaan istri membawa manfaat seluas-luasnya bagi masyarakat.

Ada banyak kisah sukses keluarga, di mana suami bekerja 100% dan istri mengurus urusan rumah dan anak 100% di rumah tanpa bekerja. Ada banyak kisah sukses juga suami dan istri bekerja di luar atau dalam rumah, dan bersama mengurus urusan rumah dan anak bersama-sama.

Dalam kaidah fiqh yang sangat populer:

الدفع أولى من الرفع

Mencegah (terjadinya keburukan) lebih baik dari pada menghilangkan (keburukan ketika sudah terjadi)”

Wallahu A’lam bis Sowab

Respon (2)

  1. Very beautiful opinion, great… Im waiting the new opinion.. thanks for explanation

  2. Artikel ini sangat bermanfaat bagi saya. Meskipun umur saya terbilang masih sangat muda, tetapi saya merupakan seseorang yang sangat menata masa depan. Saya ingin bisa mengimbangi antara karier dan keluarga di masa depan nanti.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *