PINTER HUKUM
#1 Platform for Legal Education and Consulting • Penyedia Layanan Jasa Hukum Terlengkap dan Terpercaya di Indonesia
Opini  

Representasi Moral-Spiritual dan Budaya Suku Bugis dalam Film Tarung Sarung

Tarung Sarung

Representasi Moral-Spiritual dan Budaya

Indonesia memiliki beragam suku dan kebudayaan yang khas disetiap daerahnya. Kondisi geografis yang berupa kepulauan menjadikan Indonesia dikenal sebagai Negara seribu kebudayaan. Kebudayaan memiliki suatu ciri khas yang unik dan berbeda antara masyarakat satu dengan masyarakat lainnya.

Setiap masyarakat adat tentu memiliki suatu aturan yang di mana di dalamnya diajarkan mengenai prinsip hidup, nilai, norma, dan etika. Ajaran tersebut kemudian dilegitimasi melalui praktik-praktik sosial secara terus menerus. Hal tersebut kemudian dijadikan landasan hidup untuk setiap anggota yang tergabung kedalam masyarakat adat.

Kemudian pula bahwa kebudayaan adalah bagian dari keseluruhan sistem gagasan, tindakan dan hasil karya manusia dalam kehidupan masyarakat dibentuk melalui kesepakatan bersama. Aturan tersebut dijalankan oleh setiap anggota yang tergabung dalam suatu komunitas masyarakat adat.

Sistem nilai budaya seperti ini merupakan tingkatan yang paling tinggi dari adat-istiadat, bagaimana adat istiadat kemudian menekan moralitas sebagai utilitas paling utama.

Baca juga: Warisan Budaya dan Identitas dalam Hukum Adat

Konsep mengenai sesuatu yang ada dalam alam pemikiran sebagian besar masyarakat yang mereka anggap bernilai, berharga, dan penting dalam hidup sehingga dapat berfungsi sebagai suatu pedoman yang memberi arah dan orientasi pada kehidupan para warga masyarakat tadi atau berorientasi pada nilai sosial masyarakatnya.

Film Tarung Sarung

Suku Bugis misalnya sebagai masyarakat adat, memiliki beberapa konsep abstrak tentang aturan pada standar perilaku dalam ruang lingkup sosial. Sebagaimana representasi pada film Tarung Sarung yang disutradarai oleh Archie Hekagery melalui rumah Produksi Starvision Plus yang menghadirkan beragam corak nilai spritualitas-moral agama dan adat istiadat Suku Bugis.

Film tersebut tidak hanya mengangkat tentang adegan adu laga antara tokoh utama baik protagonis maupun antagonis. Film Tarung Sarung lebih memberikan keterangan kepada penonton bahwa Suku Bugis mempunyai cara untuk menyelesaikan masalah diantara dua orang pria.

Namun Tarung Sarung bukan dijadikan ajang untuk melakukan balas dendam. Pria yang dihadapkan dengan masalah pribadi akan menyelesaikannya dalam satu sarung dan bertarung bebas. Tak jarang ada yang mengalami luka- luka bahkan kematian diantara salah satunya.

Sebagaimana yang terjadi dengan tokoh utama Deni, harus berhadapan dengan tokoh protagonis yakni Sanrego. Berdasarkan alur cerita, siapapun yang terlibat dengan Sanrego tidak akan pernah selamat.

Pada awalnya, Deni memiliki latar belakang sebagai anak dari orang kaya dan memiliki perusahaan besar di Indonesia. Deni punya kelakuan yang kurang baik, seperti yang dijelaskan oleh Ibunya bahwa ia sangat mudah menggampangkan sebuah masalah dan selalu bertindak sesuka hati.

Lebih buruknya Deni selalu beranggapan bahwa dengan uang, setiap masalah akan selesai dan mengabaikan Tuhan dalam setiap urusannya. Deni menganggap bahwa Tuhan tidak pernah hadir dalam setiap masalahnya. Dari hal tersebut, Ibu Deni mengirimnya ke Makassar untuk menjalankan anak cabang dari proyek perusahaan.

Seketika sampainya Deni di Makassar, ia bertemu dengan seorang perempuan bernama Tenri dan sekaligus merupakan sosok aktivis lingkungan. Deni menaruh rasa suka kepada Tenri. Di saat yang bersamaan, Tenri dihadapkan masalah karena ia akan dinikahkan dengan Sanrego walaupun pada dasarnya Tenri tidak menyukainya.

Sanrego adalah juara bertahan bela diri Tarung Sarung dan memenangkan pertarungan secara terus menerus. Deni secara terang- terangan melakukan sogokan sejumlah uang kepada Sanrego agar ia batal menikahi Tenri.

Namun hal tersebut ditolak oleh Sanrego dan menawarkan untuk bertarung agar bisa memperebutkan Tenri. Cara yang bisa dilakukan agar Tenri tidak dinikahkan dengan Sanrego yakni dengan duel Tarung Sarung.

Mengambil langkah berbahaya tersebut, Deni mulai mencari cara agar nantinya ia bisa memenangkan pertarungan. Ia akhirnya dipertemukan dengan Khalid, sang legenda Tarung Sarung.

Kemudian Deni menjadikan Khalid sebagai gurunya dan Khalid menerima hal tersebut. Selama latihan, Sang guru banyak memberikan wejangan terutama pada moralitas anak muda yang sudah terdegradasi akibat budaya yang semakin modern.

Baca juga: Review Film “Tarung Sarung”

Sang guru, menegaskan bahwa manusia harus melibatkan Tuhan dalam setiap urusannya. Tentu mendengarkan hal tersebut, Deni mulai perlahan berubah dan mengikuti apa yang dianjurkan gurunya selain berlatih secara fisik. Setelah beberapa lama, Deni mulai terbentuk spiritualitas dan moralnya dalam beberapa scene film seperti sholat, sabar dan tidak mudah emosi.

Hal ini juga diajarkan berdasarkan adat istiadat Suku Bugis, bahwa masyarakat Bugis sangat menjunjung tinggi rasa malu. Rasa malu yang paling besar adalah rasa malu kepada Sang Pencipta. Sesampainya pada titik terakhir pertandingan, Deni sempat dihadapkan beberapa kesulitan untuk melawan Sanrego.

Seketika ia mengingat kembali apa yang dikatakan gurunya, yakni libatkan Tuhan dalam setiap urusan. Deni merubah orientasinya bahwa ia memenangkan pertarungan bukan karna tujuan untuk mendapatkan Tenri, namun ia memenangkan pertarungan demi harga dirinya.

Hal yang bisa diambil dari Film Tarung Sarung dan sebagai pengingat bahwa sebagai seorang manusia tidak boleh sombong atas segala pencapaian serta mempunyai spiritual dalam menjalankan kehidupan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *