PINTER HUKUM
#1 Platform for Legal Education and Consulting • Penyedia Layanan Jasa Hukum Terlengkap dan Terpercaya di Indonesia
Berita  

Konflik Berkepanjangan Iran Vs Israel dan Penyebab Serangan Rudal 1 Oktober 2024

Israel

Pada 1 Oktober 2024 lalu, Iran melancarkan serangan rudal besar-besaran ke Israel, menandai eskalasi terbaru dalam permusuhan yang berkepanjangan. Konflik antara Iran dan Israel telah berlangsung selama beberapa dekade, dengan akar sejarah yang kompleks dan beragam faktor yang memicu ketegangan di kawasan Timur Tengah. Artikel ini akan membahas latar belakang konflik, penyebab serangan terbaru, dampak yang mungkin ditimbulkan,serta hubungan peristiwa tersebut denagan teori ilmu negara.

Baca juga: Dampak Intervensi Bahkan Invasi oleh Amerika ke Irak Membuka Luka Konflik Berlarut di Timur Tengah

Sejarah konflik

Hubungan antara Iran dan Israel pada awalnya cukup baik, terutama sebelum Revolusi Islam 1979. Saat itu, Iran dipimpin oleh Shah Mohammad Reza Pahlavi, yang merupakan sekutu Amerika Serikat dan Israel. Namun, setelah revolusi yang dipimpin oleh Ayatollah Ruhollah Khomeini, hubungan ini berubah drastis. Khomeini menolak “imperialisme” AS dan sekutunya, termasuk Israel, yang kemudian dinyatakan sebagai “Setan Kecil” dalam retorika politik Iran.

Sejak saat itu, kedua negara terlibat dalam apa yang sering disebut sebagai “perang bayangan,” di mana mereka saling menyerang tanpa mengakui keterlibatan masing-masing. Israel berusaha menghentikan program nuklir Iran, yang dianggap sebagai ancaman eksistensial. Pada tahun 2000-an, Israel dilaporkan terlibat dalam serangkaian sabotase terhadap fasilitas nuklir Iran dan pembunuhan ilmuwan kunci dalam program tersebut.

Penyebab penyerangan 1 Oktober 2024

Serangan rudal Iran pada 1 Oktober 2024 merupakan respons langsung terhadap serangan Israel sebelumnya terhadap konsulat jenderal Iran di Damaskus pada awal bulan tersebut. Penyerangan ini dianggap sebagai pelanggaran kedaulatan oleh Teheran dan memicu reaksi balasan yang besar. Iran meluncurkan lebih dari 300 drone dan rudal ke wilayah Israel sebagai bentuk pembelaan diri.

Kementerian Luar Negeri Iran menyatakan bahwa serangan tersebut merupakan hak mereka untuk mempertahankan diri sesuai dengan Pasal 51 Piagam PBB. Mereka menegaskan bahwa tindakan ini adalah balasan atas agresi militer berulang kali oleh rezim Zionis

Aspek Ideologis

Ideologi menjadi salah satu faktor utama dalam konflik ini. Iran, sebagai negara yang dipimpin oleh pemimpin agama, menganut paham Syiah, sementara Israel adalah negara yang didirikan sebagai rumah bagi orang Yahudi, yang berjuang untuk eksistensinya setelah Holocaust. Konsekuensi dari ideologi ini adalah terciptanya narasi yang saling bertentangan, di mana masing-masing pihak merasa terancam oleh yang lainnya.

Teori Ilmu Negara

Peristiwa penyerangan Iran ke Israel pada 1 Oktober 2024 dapat dianalisis melalui beberapa teori dalam ilmu negara, terutama teori Realisme dan teori Constructivism.

Teori Realisme

Teori realisme berfokus pada kekuasaan dan kepentingan nasional. Dalam konteks konflik Iran-Israel, keduanya merupakan negara yang berjuang untuk mempertahankan eksistensi dan dominasi regional. Realisme menekankan bahwa negara bertindak untuk melindungi kepentingan nasional mereka, bahkan jika itu berarti berkonflik dengan negara lain.

Penyerangan Israel pada 1 Oktober 2024 dapat dipahami sebagai upaya untuk menegaskan dominasi militer dan politiknya di kawasan, serta untuk mencegah Iran memperkuat posisinya di Timur Tengah.

Teori Constructivism

Di sisi lain, teori constructivism menyoroti pentingnya identitas dan persepsi dalam hubungan internasional. Iran menganggap serangan mereka sebagai pembelaan terhadap kedaulatan dan hak untuk melawan agresi, sementara Israel melihat tindakan tersebut sebagai ancaman eksistensial. Persepsi ini mempengaruhi bagaimana masing-masing negara merespons satu sama lain, menciptakan siklus ketegangan yang terus berlanjut.

Dampak Potensial dari eskalasi konflik

Eskalasi konflik antara Iran dan Israel, terutama setelah serangan rudal Iran pada 1 Oktober 2024, memiliki berbagai dampak potensial yang dapat memengaruhi stabilitas regional dan global diantaranya:Bottom of Form

Risiko Perang Regional

Salah satu dampak paling signifikan dari eskalasi ini adalah kemungkinan terjadinya perang regional yang lebih luas. Serangan rudal Iran ke Israel memicu ancaman balasan dari pihak Israel, yang berpotensi melibatkan negara-negara tetangga seperti Lebanon, Suriah, dan negara-negara Teluk Arab. Jika Israel meluncurkan serangan ke fasilitas strategis di Iran, seperti kilang minyak atau program nuklir, hal ini dapat memicu reaksi yang lebih besar dari Iran dan sekutunya, termasuk Hizbullah di Lebanon

Dampak Ekonomi Global

Ketegangan yang meningkat di Timur Tengah berpotensi mengganggu pasar energi global. Iran adalah salah satu produsen minyak utama, dan setiap serangan terhadap infrastruktur minyaknya dapat menyebabkan lonjakan harga minyak dunia. Para analis memperingatkan bahwa ketidakstabilan ini dapat berdampak negatif pada perekonomian global, terutama bagi negara-negara yang sangat bergantung pada pasokan energi dari kawasan tersebut.

Peningkatan Aktivitas Militer

Setelah serangan rudal tersebut, Israel diperkirakan akan meningkatkan aktivitas militernya di wilayah tersebut. Ini termasuk kemungkinan serangan udara ke Iran dan peningkatan jumlah pasukan di perbatasan dengan Lebanon untuk menghadapi ancaman dari Hizbullah.Peningkatan ini dapat menyebabkan lebih banyak konflik bersenjata dan meningkatkan jumlah korban jiwa di kedua belah pihak.

Baca juga: Resensi Buku: Cyber Law Aspek Data Privasi Menurut Hukum Internasional, Regional, dan Nasional

Konflik Iran-Israel adalah contoh klasik dari perang bayangan yang kompleks dan multifaset. Dengan basis ideologis yang kuat, intervensi internasional yang beragam, dan lokasi geopolitik yang sensitif, konflik ini sulit diselesaikan. Serangan rudal 1 Oktober 2024 merupakan episoden baru dalam seri pertarungan panjang ini.

Bagi akademisi ilmu negara, konflik ini menampilkan dinamik kekuasaan yang rumit, di mana aktor-aktor berinteraksi dalam jaringan kompleks. Untuk menghindari eskalasi lebih lanjut, diplomasi multilateral seperti melalui PBB sangat dibutuhkan. Namun, tantangan utama adalah menyeimbangkan aspirasi domestik dengan realpolitik internasional, sambil mempertahankan stabilitas regional yang sangat penting bagi perdamaian dunia.

Penulis

Muhammad Farhan Sulthan Baihaqi

Mahasiswa UIN Sunan Ampel Surabaya

Penulis: Muhammad Farhan Sulthan BaihaqiEditor: Ilham Fariduz Zaman

Respon (1)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *