PINTER HUKUM
#1 Platform for Legal Education and Consulting • Penyedia Layanan Jasa Hukum Terlengkap dan Terpercaya di Indonesia

Nasionalisme Soekarno dan Konsep Kebangsaan Mufassir jawa

Avatar of Pinter Hukum
Nasionalisme Soekarno dan Konsep Kebangsaan Mufassir jawa

Identitas Buku

Judul: Nasionalisme Soekarno dan Konsep Kebangsaan Mufassir Jawa
Penulis: Ali Fahrudin
Penerbit: Litbangdiklat Press
Tahun Terbit: 2020
Jumlah Halaman: 399
ISBN: 978-623-91689-8-8

Pendahuluan

Buku ini di latarbelakangi maraknya isu nasionalisme yang diperbincangkan kala itu, terutama semenjak kejadian penistaan agama oleh Ahok yang dianggap menistakan Q.S. al-Maaidah/5:51. Hal tersebut menimbulkan kemarahan umat Islam aksi bela Alquran dengan menggelar demonstrasi 212 dan 411.

Bergulir tudingan dari pendukung Ahok bahwa umat Islam anti nasionalisme dengan mengusung tema kebinekaan dan menggauangkan kembali semangat memperkokoh NKRI. Selain itu, buku ini juga menyoroti merebaknya kasus terorisme oleh oknum yang mengatasnamakan Islam kian menyudutkan Islam anti nasionalisme dan kebinekaan.

Baca juga: Resensi Buku: Asian Copyright Hand Book Indonesian Version

Isi Resensi

Penulis menguraikan persepsi bahwa hasrat hidup merupakan solidaritas yang agung. Semangat nasionalisme versi Soekarno dimaknai sebagai semangat kelompok manusia yang hendak membangun suatu bangsa yang mandiri, dilandasi jiwa dan kesetiakawanan yang besar, mempunyai kehendak untuk bersatu, dan menciptakan keadilan dan kebersamaan.

Disebutkan menurut Ernes Renan, sebagaimana dikutip Soekarno, nasionalisme yaitu unsur yang dominan dalam kehidupan sosial politik turut mendorong terwujudnya suatu bangsa untuk menyatukan kehendak bersatu. Persepsi ini paralel dengan pandangan Islam yang tertera dalam Q.S. al-Hujaraat/49:13.

Aspek-aspek nasionalisme pada konsep trisakti Soekarno berakar dari kesatuan moral dan tujuan bersama, yang berporos pada titik kesatuan, keaslian, kemerdekaan, dan kehormatan. Kesatuan dilandasi persatuan bangsa dan demokrasi Pancasila.

Keaslian dibagun dari toleransi antar umat dan kepribadian dalam kebudayaan. Kemerdekaan dicapai dengan merdeka dari penindasan dan berorientasi kemandirian ekonomi. Kemudian kehormatan tercermin sebagai pertahanan negara dan kedaulatan politik.

Sejalan dengan penggiat nasionalisme dari ormas Islam terbesar di Indonesia seperti NU dan Muhammadiyah. Berasal dari keduanya, semangat perjuangan kemerdekaan dipelopori oleh kaum muslimin yang dipimpin oleh para kiai dan tokoh-tokoh Islam.

NU bergerak pada masyarakat tradisional dan pendidikan berbasis pesantren, sedangkan Muhammadiyah bergerak pada masyarakat modern perkotaan dan basis pendidikannya di sekolah-sekolah formal dari TK hingga perguruan tinggi.

Deklarasi resolusi jihad NU yang diprakarsai KH. Hasyim Asy’ari, mengobarkan keyakinan semangat membela tanah air sebagai kewajiban setiap muslim. Kontribusi KH. Ahmad Dahlan sebagai pendiri Muhammadiyah pernah terlibat langsung dengan pendirian Boedi Oetomo yakni cikal bakal kebangkitan bangsa di tangan pemuda.

Kitab Faid ar-Rahman fi Tarjamah Kalam al-Malik ad-Dayyan karya Muhammad Sholeh Darat merupakan kitab tafsir dan terjemahan Alquran pertama di Nusantara dalam bahasa  Jawa dengan aksara Arab.

Kitab yang dihadiahkan kepada R.A Kartini saat menikah itu menyentuh nurani, “Orang-orang beriman dibimbing Allah dari gelap menuju cahaya” (Q.S. al-Baqarah/2:257).

Kartini banyak mengulang kata “Dari gelap menuju cahaya”, kemudian menjadi judul buku “Habis Gelap Terbitlah Terang”. Lain daripada itu, pemikiran keagamaan seorang ulama Sunni, Kiai Bisri Mustofa menyerukan eksistensi konsep amar ma’ruf nahi mungkar yang dimaknai dan didasari oleh solidaritas dan kepedulian sosial. Kian dinilai banyak kalangan sangat moderat, sikap yang diambil dengan pendekatan ushul fiqih mengedepankan kemaslahatan.

Baca juga: “The Idea of Indonesia: A History” Oleh Robert Elson

Buku ini terdiri dari enam bab, yang mana bab I diawali dengan pendahuluan.

Bab II membahas seputar Soekarno dan gagasan nasionalismenya. Bab II menjabarkan profil tafsir berbahasa Jawa dari segi sejarah penulis dan metodologinya.

Bab IV mengulas konsep kebangsaan dalam pandangan mufassir Jawa.

Bab V menguraikan topik nasionalisme dalam perspektif tafsir Alquran berbahasa Jawa, yang meliputi cinta tanah air, demokrasi, kedaulatan politik, kepribadian dalam kebudayaan dan kemandirian ekonomi.

Bab VI menjadi penutup, berisi kesimpulan dan saran penulis.

Kelebihan Buku

Buku ini sangat komprehensif dalam menjelaskan biografi tokoh yang dipaparkan. Bahasa yang digunakan pun mudah dimengerti, terlebih dalam meningkatkan literasi kebangsaan kepada generasi muda.

Kekurangan Buku

Terdapat beberapa kata yang kurang baku dalam penulisannya. Selain itu, buku ini juga terlalu tebal yang memungkinkan membuat pembaca jenuh.

 Baca juga: Politik Global Tanpa Islam? : Dari Timur Tengah Hingga Eropa

Penutup

Buku ini membahas pandangan ulama mufassir Jawa yang meresapi kitab sucinya dalam bahasa Jawa, sebagai upaya menjembatani jarak antara bahasa Alquran dan bahasa lokal. Secara keseluruhan buku ini bagus dan sangat bermanfaat untuk mendalami ajaran Islam yang rahmatan lil alamin. Selaras dengan pandangan nasionalisme Soekarno, menguraikan persepsi hasrat hidup merupakan solidaritas yang agung.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *